Monday, May 6, 2013

Ayah

Ayah...
Kaulah sosok lelaki yang paling aku kagumi didunia ini
Sikapmu yang tegas dan jiwamu yang tegar membuat kami banyak belajar darimu
Kau didik kami dengan kerja keras dan kasih sayang yang tiada pernah berkurang
Hanya untuk satu hal, "Kau selalu ingin membahagiakan kami"

Ayah...

Ingatkah kau sewaktu aku kecil dulu?
Kau latih aku untuk berjalan dan jaga aku agar tak terjatuh
Ingatkah kau sewaktu kau mengajarkanku cara bersepeda?
Kau memegangi sepeda itu dengan kuat untuk memastikan aku tak terjatuh
Kau....tak pernah ingin melihatku terjatuh

Ayah...

Ingatkah kau sewaktu kau memarahiku dulu?
Kau memintaku untuk tak keluyuran kemana-mana
Kau memintaku untuk tak menyebrang jalan seenaknya
Kau memintaku untuk tak pacaran
Aku tahu bahwa sesungguhnya kau hanya tak ingin kehilanganku

Ayah...

Aku ingat saat kau tersenyum bangga ketika mereka memujiku
Aku ingat saat kau mengucap syukur ketika aku akhirnya bisa menginjakkan kaki di negeri itu
Aku ingat saat kau akhirnya mampu melepasku untuk hidup bersamanya
Aku ingat segala hal tentangmu, ayah.

Ayah...

Jika kau disana bisa melihat kami, lihatlah kami dengan senyuman
Jika kau disana bisa mendengarkan kami, dengarlah setiap doa yang kami panjatkan untukmu
Jika kau disana merindukan kami, ketahuilah bahwa rindu kami lebih besar untukmu

Ayah...

Aku tak pernah menyangka kehilanganmu secepat ini,
secepat angin yang membawa helaian dedaunan
secepat pelukan terakhirmu untukku
secepat hembusan nafas terakhirmu malam itu.

Ayah...

Semoga engkau diberikan tempat terindah di sana, di sisiNya.

Wednesday, May 1, 2013

Pengalaman Interview Chevening


Jumat, 26 April 2013 adalah jadwal wawancara untuk beasiswa Chevening. Saya tidak pernah menyangka bisa lolos lagi ke tahap interview setelah setahun yang lalu juga gagal lolos dari tes yang satu ini. Sewaktu menerima email panggilan interview, saya sangat senang karena satu tahapan telah dilewati. Namun disisi lain saya juga agak khawatir karena di tahap intervew inilah banyak pendaftar yang berjatuhan.

Seminggu sebelum tes, waktu luang saya habiskan untuk membaca blog-blog mereka yang pernah ikut wawancara Chevening sebelumnya. Tak jarang banyak yang menceritakan kegagalannya. Saya pun berusaha mempersiapkan diri untuk mengantisipasi pertanyaan-pertanyaan yang mungkin muncul pada saat wawancara. Pokoknya saat itu pikiran saya pusatkan untuk persiapan interview. 

Sayangnya...sehari sebelum wawancara, suami jatuh sakit dan harus dilarikan ke rumah sakit. Tentu saja saya panik, bahkan terbesit dalam hati untuk membatalkan saja keikutsertaan saya dalam tes wawancara itu. Malam itu saya habiskan di Rumah Sakit untuk menjaga suami. Pikiran menjadi tak fokus lagi, karena saat itu yang saya pikirkan hanya kondisi suami yang belum juga membaik. Saya pun berujar kepada suami "saya tidak usah ikut wawancara ya?" Suami malah melarang dan menyuruh saya untuk pulang dan mempersiapkan diri untuk interview. Saya pun nurut saja, walaupun dalam hati berat rasanya meninggalkan dia di Rumah Sakit.

Hari untuk tes interview pun tiba juga. Saya bergegas pulang pagi-pagi sekali untuk berganti pakaian dan mempersiapkan dokumen yang diperlukan. Wawancara hari itu dilaksanakan di Hotel Aston Makassar. Ketika memasuki pintu hotel, perasaan jadi tdak karuan. Gugup dan khawatir juga karena sehari sebelumnya saya tidak mempersiapkan diri. Ditambah lagi kondisi psikologis yang tidak begitu baik karena memikirkan suami yang lagi sakit. Semua persiapan yang telah jauh saya lakukan pun terasa tidak berpengaruh.

Tiba didepan pintu ruangan tes, saya bertemu dengan seorang bapak yang juga menunggu giliran untuk diwawancarai. Beliau berasal dari daerah Sulawesi Tenggara. Pintu ruangan pun terbuka dan seorang bule berpakaian rapi pun memanggil nama bapak itu dan kemudian mempersilahkan beliau masuk. Ah...perasaan gugup pun semakin besar, dag dig dug serrrr :-D 

30 menit pun berlalu, dan giliran saya tiba juga. Si bule tersenyum dan mempersilahkan saya masuk. Rupanya didalam ada dua interviewer lainnya, yang satu bule perempuan yang cantik dan yang satu lagi katanya orang dari kedutaan Inggris. Sebagai pembuka mereka menjabat erat tangan saya dan mempersilahkan saya untuk minum. Yaa karena saat itu emang lagi haus, jadilah saya meminum air di gelas itu sampai habis hehehe :-D
Si bule yang laki-laki pun memulai sesi wawancara dengan meminta saya memperlihatkan Letter of Acceptance dari salah satu universitas di UK. Untungnya saya sudah berhasil mendapatkan LoA itu satu bulan sebelum interview. Selanjutnya si bule mulai menanyakan tentang jurusan yang ingin saya ambil, kebetulan saat itu jurusan yang saya pilih adalah Teknologi Pendidikan. Mulailah si bule menanyakan alasan saya memilih jurusan itu, apakah jurusan itu akan bermanfaat untuk institusi tempat saya bekerja, dan apa yang akan saya lakukan setelah lulus. Saya pun mencoba menjawab seadanya, sesuai dengan yang sudah saya persiapkan, walaupun saya menyadari masih banyak kurangnya disana-sini. Ditambah lagi perasaan gugup yang tidak reda juga...huft!

30 menit pun berlalu. Si bule mengatakan sesi interview untuk saya sudah selesai. Sambil tersenyum si bule menjabat tangan saya dan tak lupa mengatakan "good luck!". Saya pun keluar ruangan dengan hati lega. Apapun hasilnya yang penting sesi ini sudah saya lakukan dan menjadi pengalaman berharga.