Saturday, May 17, 2014

Menulis Butuh Proses


"Work on a good piece of writing proceeds on three levels: a musical one, where it is composed; an architectural one, where it is constructed; and finally, a textile one, where it is woven.” - Walter Benjamin

Sabtu yang dinantikan tiba juga, dan kegiatan nulis bareng sobat kecil di SDN IV Sungguminasa pun berlanjut. 

Setiap kali melihat mereka, memori tentang masa kecilku dulu pun bermunculan. Anak-anak seumuran mereka masih sangat ceria dan aktif. Saya jadi teringat ketika duduk di kelas IV sekolah dasar, saya dan teman-teman selalu bersemangat ke sekolah. Bukan hanya karena ingin belajar, tapi kami bahagia bisa bertemu banyak teman dan bermain bersama. Sama halnya dengan sobat kecil kami di SDN Sungguminasa, mereka punya semangat yang luar biasa untuk belajar dan bermain bersama kami.

Hari ini, Alhamdulillah kami mendapat tambahan relawan. Kami berbagi tugas untuk membimbing anak-anak menulis. Beberapa murid terlihat bersemangat menunjukkan tulisannya kepada kami. Tulisan mereka sudah lumayan rapi daripada sebelumnya. Dan yang terpenting, beberapa dari mereka sudah paham dengan penggunaan huruf besar dan huruf kecil. Akan tetapi, tak sedikit murid yang enggan menunjukkan tulisannya dengan berbagai alasan. Ada yang beralasan lupa membawa buku dan juga lupa mengerjakan PR.


Selain itu, ada juga murid yang mengaku kesulitan menuangkan cerita ke dalam kata-kata. Ia mengaku kebingungan ketika ingin memulai menulis tentang “Baju Kesayangan”. Katanya bingung mau memulainya darimana. Saya pun akhirnya menyadari bahwa sesungguhnya kesulitan yang dihadapi oleh anak ini sama dengan kesulitan yang biasa saya hadapi ketika membuat sebuah essay. Dan solusi yang biasa saya terapkan adalah membuat outline atau mind-map untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan mengenai topik yang akan ditulis. Saya pun meminta murid tersebut untuk menuliskan beberapa point yang berkaitan dengan baju kesayangannya, misalnya warna baju, jenis baju (kaos, terusan,dll), alasan menyukai baju tersebut, orang yang memberikan baju tersebut, dan seterusnya. Setelah membuat daftar point tersebut, anak tersebut akhirnya bisa mulai menuliskan tentang baju kesayangannya. Walaupun masih sangat sederhana, setidaknya dia bisa memulainya sedikit demi sedikit. Menulis bukanlah hal yang mudah dan instant, tapi butuh proses yang panjang. Mulai dari mengumpulkan ide dan informasi, memilih kata atau diksi yang tepat, hingga merangkai kata-kata tersebut menjadi satu tulisan yang bermakna.

DI sisi lain, hal tersulit yang kami hadapi hari ini adalah mengatur murid-murid agar tetap fokus dengan kegiatan menulis. Ketika relawan sibuk mengoreksi tulisan dan membimbing beberapa murid, murid-murid yang lain malah asyik bermain dan membuat keributan di kelas. Yang paling sulit untuk diatur adalah beberapa murid laki-laki yang memang sering membuat keributan di kelas. Untuk mendapatkan kembali perhatian mereka, Salah seorang relawan (Dilla) berinisiatif untuk memainkan sebuah game bersama murid-murid tersebut, tetapi tetap saja kami kewalahan. Mungkin karena jumlah relawan yang tidak sebanding dengan jumlah murid, kami jadi kesulitan mengatur semua murid di kelas itu.

Walaupun begitu, kami sangat senang karena beberapa murid menunjukkan progress yang berarti minggu ini. Saya yakin jika terus dibimbing, pengetahuan mereka tentang tulis-menulis akan semakin bertambah dan akhirnya nanti bisa membawa mereka menjadi penulis yang hebat. Memang segalanya butuh proses dan waktu yang tidak sebentar, tetapi dengan ikut serta turun tangan membimbing mereka, harapan untuk menciptakan generasi penulis yang hebat pun akan selalu ada.

Sebagai salah seorang relawan yang membimbing mereka menulis, saya bukanlah penulis yang hebat, bahkan belum bisa dikatakan penulis. Tapi bukankah melihat mereka jadi penulis hebat suatu hari nanti jauh lebih berarti?   

Sunday, May 4, 2014

Yang Datang dan Yang Pergi



Kenangan itu seperti memudar terkikis waktu
Jejak yang dulunya tergambar nyata
Kini hilang bagian demi bagiannya

Langkah terhenti beberapa saat
Aku menoleh ke belakang
Berharap wajah-wajah yang ku kenal dulu ada disana
Berharap segala hal yang dulu menyatukan kami juga ada disana

Kosong…berkabut

Kudengar suara-suara samar memanggil namaku
Tanpa seraut wajah pun tergambar

Mereka menjauh atau aku yang menjauh?
Seperti berada di dunia yang berbeda
Kita tak dapat lagi berdiri di jalan yang sama

Aku berbalik…
Terdiam sambil merenung
Aku bertekad dalam hati untuk tak lagi menoleh

Dengan langkah pasti, aku berjalan maju kedepan
Jalan itu begitu nyata dan indah
Wajah-wajah baru menyunggingkan senyum tulus
Tangan-tangan hangat terulur menyambut kedatanganku

Yah…hidup memang harus berjalan ke depan
Masa berganti
Orang-orang pun berubah
Bukan berarti melupakan
Tapi kita takkan bisa hidup dalam masa lalu

Relakan yang pergi!
Sambutlah yang akan datang!


Saturday, May 3, 2014

Mengenalkan Tanda Baca dan Abjad Huruf Besar/Kecil


Siang tadi, dengan langkah pasti, saya bergegas menuju ke SDN Sungguminasa IV. Hari ini adalah untuk ke-2 kalinya saya ikut kegiatan nulis bareng sobat kecil yang ada disekolah tersebut. Ada sedikit perasaan bersalah karena dua minggu yang lalu saya berhalangan untuk ikut nulis bareng mereka.