Langit pagi ini begitu kelabu...tak seperti biasanya. Kuputuskan untuk tak keluar rumah. Sambil duduk di depan jendela, kulihat beberapa orang sibuk dengan kegiatannya masing2. Anehnya, biasanya kompleks apartmen ini sangat sepi. Tapi hari ini begitu berbeda.
Tepat 20 meter dari jendela apartmenku, ada seorang kakek yang sibuk
dengan anjing kesayangannya. Tak ada yang istimewa sebenarnya. Kakek itu
menggunakan kursi roda otomatis dan mengikat anjingnya disela-sela penyangga
roda itu. Kulihat ia sesekali mengajak anjingnya berbicara, sambil
mengusap-usap kepala anjing itu, kemudian menengok ke sekelilingnya tapi tak
ada yang peduli. Ia tak tahu aku begitu memperhatikannya dari balik jendela
ini.
Sudah hampir 3 hari aku sering melihat kakek itu mondar-mandir didepan
apartmentku bersama anjing kesayangannya. Aku tanpa sengaja selalu
memperhatikannya. Apa sebenarnya yang dicari oleh kakek itu? dia seperti
menunggu sesuatu disana. Dan ketika 2 jam berlalu sejak kedatangannya, ia akan
pergi dan berlalu dengan wajah sedihnya. Tak ada satu katapun yang keluar dari
bibirnya, hanya tatapan matanya yg menyiratkan sesuatu, dan anjing itu seolah
mengerti arti tatapan itu. hmm...setidaknya ia tak sendiri.
Setelah kepergian kakek itu, pandanganku beralih ka arah seorang nenek
yang sibuk menyapu halamannya. Perempuan tua berbaju pink itu tampak anggun.
Sesekali bibirnya bergerak seperti sedang menyanyikan sebuah lagu. Aku sempat
berfikir orang-orang tua yang tinggal disini begitu kuat dan mandiri. Walaupun
umur mereka sudah 80-an mereka masih tetap bisa melakukan pekerjaan apa saja.
Bapak tua yang tadi juga, walaupun ia tak bisa lagi berjalan dengan kakinya, ia
masih tetap bisa pergi kemanapun ia mau dengan kursi rodanya tanpa ada yang
menemaninya selain anjing itu.
Kulihat perlahan-lahan awan hitam itu mulai menjauh berganti dengan
langit yang berwarna biru. Seperti yang sudah kuduga Weather Forecast itu salah
lagi dalam meramalkan cuaca. Wallahu Alam, hanya Allah yang punya kuasa
mengubah segalanya. Dan ketika semangatku kembali muncul, aku bergegas untuk
bersiap keluar menikmati cuaca yang bagus, aku tiba-tiba tersadar bahwa tak ada
yang bisa kulakukan, aku lupa bahwa aku tak bisa berjalan dengan normal sejak 1
minggu yang lalu. Dan sejak itu yang aku lakukan hanya berdiam diri di kamar
mengamati orang-orang yang lalu lalang di depan apartment ini. Kucoba untuk tak
bersedih...karena itupun tak ada gunanya. Aku teringat dengan kakek itu, dengan
tubuhnya yang lemah dan kakinya yang tak mampu lagi berjalan, ia masih punya semangat menjalani hari2nya
bersama anjing kesayangannya. Huh....setidaknya ia tidak sendiri. Tidak seperti
aku yang harus melewati ini seorang diri.
Kuputuskan untuk duduk kembali di depan jendela itu, mengamati mereka
yang diluar sana sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Kutatap langit yang
cerah itu, semakin lama alam bawah sadarku membawaku mengingat kembali
masa-masa yang lalu. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Rasanya baru
kemarin aku merasakan senangnya menikmati masa-masa sekolah di SMU, dan
sekarang waktu membawaku begitu jauuuhhh...kenegeri paman sam. Sekarang begitu
banyak yang kurasakan berubah...tidak terkecuali diriku sendiri. Pengalaman,
ujian, dan cobaan itu sedikit banyak telah mengubahku
Suara burung gagak itu menyadarkanku dari lamunanku. Aku tak habis pikir
mengapa begitu banyak burung gagak di sini. Aku tak begitu menyukai burung itu.
Mungkin karena aku sering melihat di beberapa film bahwa burung gagak adalah
burung yang membuat suasana jadi tidak menyenangkan. Entahlah...yang pasti aku
tidak menyukainya. Setiap hari mereka terbang diantara pohon-pohon sambil
mengeluarkan suara yang kadang memekakkan telinga. Aku merasa burung-burung itu
sedang menatapku...seperti menertawakan kesendirianku dan ketidakberdayaanku.
Huh...burung itu sepertinya lebih beruntung, mereka tak sendiri
Kupalingkan pandanganku dari burung itu. Sejauh mataku memandang, bisa
kulihat sosok seorang anak perempuan kira-kira berumur 5 tahun sedang bermain
scooter. Ia begitu menikmatinya. Sambil tertawa lepas, ia mengendarai
scooternya semain dekat ke arah apartmentku. Hmmm...aku jadi teringat ketika
aku masih seumuran dengannya. Boro-boro pernah main scooter, kenal yang namanya
scooter aja nggak. Biasanya aku malah sering main karet, petak umpet dan
congklak, sm sekali tak ada yang canggih. Tapi aku bersyukur akan hal itu.
Permainan-permainan itu membuatku mendapatkan banyak teman saat itu karena
harus dimainkan lebih dari satu atau dua orang. Dan ketika kutengok anak
perempuan itu...senyum itu tak lagi kulihat dari wajahnya. Ia sepertiya bosan
bermain sendiri. You see! betapa kesendirian sangat tidak menyenangkan meskipun
kita punya segala yang orang lain tak punya.
Senja itu akhirnya mulai terlihat, sedangkan
orang-orang itu pun tak lagi terlihat . Hari ini kuhabiskan waktuku duduk di
depan jendela ini, mencoba merenungi apa yang terjadi disekelilingku. Aku,
kakek itu, nenek itu, burung gagak itu, dan anak perempuan itu punya ceritanya
masing-masing. Dan cerita itu membuatku mengerti bahwa siapapun kita, kesendirian
itu terkadang sangat tidak menyenangkan. Kita akan selalu butuh seseorang untuk
berbagi, entah disaat sedih ataupun bahagia.
Cascade Meadows, Apt. 475-303