Pagi ini...masih dengan langkah yang sama aku
berjalan menuju Baker Hall 102, ruangan yang akan menjadi kelasku selama Fall
Quarter ini. Kulihat jam masih menunjukkan pukul 10.30, sementara kelasku baru akan dimulai pukul
11.30. Aku cepat sejam rupanya. Kutatap koridor di Hall itu...hening...tak ada seorangpun
yang lewat. Kutatap kelas itu dari luar. mmm...sudah 2 minggu aku belajar
dikelas itu bersama beberapa orang Amerika tapi aku merasa masih kesulitan
beradaptasi dengan cara belajarnya.
Aku ingat...pertamakali memasuki kelas itu, ada
perasaan cemas dan canggung karena harus sekelas dengan mereka yang memang
tinggal di Amerika, yang menggunakan bahasa Inggris sebagai First Language.
Sementara aku...masih dengan bahasa Inggris yang belepotan dan listening skill
yang pas-pasan, ditambah lagi, hanya ada 2 perempuan dikelas itu, aku dan seorang
teman dari India. Saat itu aku merasa benar2 khawatir. Dalam hati, aku terus
menyalahkan diri sendiri Siapa suruh ngambil IT? udah tahu susah…ngga ada
dasar….tetap aja ngambil IT! Huft…Nasi sudah jadi bubur…tak ada kesempatan lagi
untuk pindah jurusan.
Hari ini…tepat 2 minggu sejak hari itu, semua telah
jauh berbeda. Yah…sekarang aku mulai menyukai kelas itu. Benar kata orang “tak
kenal maka tak sayang”, karena sudah terbiasa dengan situasinya, akhirnya rasa
nyaman itu aku dapatkan juga. Hampir setiap hari aku menjadi satu2nya siswa
yang paling cepat datang, dan hampir setiap hari pula “Gary” Instructor-ku
selalu tiba disana lebih awal. Tapi tak tahu mengapa hari ini…pintu kelas itu
masih tertutup rapat dan lampunya belum dinyalakan.
Setelah menunggu selama 15 menit…akhirnya kulihat
Gary berjalan menuju kelas dengan memegang kunci ditangannya. Kutatap laki-laki
paruh baya itu…kalo diperhatikan tak ada sedikitpun tanda-tanda bahwa ia adalah
seorang teacher; selalu memakai celana jeans dan baju kaos lusuh yang hampir
setiap hari dipakainya, ditambah lagi dengan rambut panjangnya yang selalu
diikat. Diapun tersenyum dan menyapa “Hi Thya, you come earlier than me today”,
aku hanya tersenyum sambil mikir bukannya emang murid yang harus selalu datang
duluan daripada gurunya?...hehehe di sini malah terbalik…gurunya yang selalu
datang lebih awal. Satu hal yang membuatku selalu ingin datang lebih awal,
karena aku bisa punya kesempatan untuk berdiskusi dengan Gary soal tugas2 yang
tidak kumengerti, tanpa perlu merasa risih dengan siswa lainnya.
Banyak hal yang kudapatkan selama belajar di kelas
itu. Pertama, teman-teman sekelasku yang berasal dari berbagai umur dan dengan
gaya yang bervariasi. Dari yang berumur 18 sampai 60 tahun ada di kelas itu,
dari yang paling rapi sampai yang paling jorok, dari yang paling pendek sampai
yang paling tinggi (hehehe…bukan aku lho yang paling pendek...^_^ ternyata ada
yang lebih pendek dari aku), dari yang botak sampai yang gondrong, dari yang
hitam sampai yang putih, ada yang tatoan juga, SEMUA ada di kelas itu. And
see…! semua bergaul dengan sama rata…tak ada istilah tua dan muda. Aku bahkan
salut dengan laki-laki yang berumur 60 tahun itu, walaupun rambut telah
memutih, ngomong sudah dak jelas, tapi semangat belajarnya betul2 tinggi, dan
tak pernah sedikitpun merasa risih berada diantara anak-anak muda di kelas itu.
Salute for him.
Hal lain yang aku rasakan sangat berbeda adalah cara
belajarnya yang lebih menerapkan sistem belajar mandiri. Instruktur hanya akan
menulis tugas-tugas yang harus dilakukan di papan tulis, mulai dari Lab
Activities, Case Projects, Real Problems exercises sampai Thinking Critically
exercises. Selebihnya tugas siswa mengerjakannya sampai selesai dengan bantuan
buku-buku yang tebalnya bukan main. And you know what? Instruktur hanya akan duduk
dan menunggu sampai ada yang bertanya. Jadi kalo gak bertanya…susah sendiri.
Gak ada tuh namanya disuapin melulu, guru menjelaskan di depan kelas panjang
lebar sampai berbusa, sementara muridnya sibuk sendiri di belakang gak tau
ngapain (hehehe…aku banget tuh dulu ^_^). Sangat berbeda….dan aku menyukai
perbedaan itu.
Ada satu lagi hal lagi yang membuatku nyaman berada
di kelas itu, yaitu suasana belajar yang santai. Tak ada peraturan yang
mengikat, gak boleh ini gak boleh itu. Bisa belajar sambil dengerin musik,
browsing semaunya, bahkan boleh bawa bekal dan makan siang di ruangan itu, enak
banget kan? hehehe....:) Awalnya sempat merasa heran melihat seorang teman
membawa sepotong besar Pizza ke dalam kelas dan kemudian memakannya. Gary yang
mungkin sadar kalo aku lagi terheran-heran melihat pemandangan itu, akhirnya
datang dan menjelaskan kalo kita boleh bawa bekal dan makan siang di kelas itu,
asal gak mengotori kelas katanya.
mmm...beda banget yah sama di Indonesia...^_^
No comments:
Post a Comment