Sunday, October 3, 2010

Jilbabku in Bellingham



Tak terasa akhirnya hampir 2 bulan aku berada di kota kecil ini, tempat dimana aku akan tinggal hingga 10 bulan kedepan.

Bellingham, kota kecil di daerah barat laut Amerika, dengan penduduk kurang dari 100.000. Hal yang membuatku takjub adalah karena bangunannya yang teratur, rumah-rumah dengan desain yang unik (menurutku), dan jalanannya yang sangaaat bersih. "Put your G in Bellingham" kata mereka, tapi sampai sekarang aku tak tahu maksudnya apa.

Anyway, hampir setiap hari aku berjalan menyusuri jalan-jalan disekitar Whatcom College, tempatku menimba ilmu, tentunya masih dengan jilbab yang selalu kukenakan.Mungkin terlihat aneh bagi mereka melihat seseorang sepertiku memakai jilbab, apalagi di daerah yang mayoritas Christian. Sampai saat ini hanya ada dua orang perempuan lainnya yang juga mengenakan jilbab, 1 mahasiswa asal Mesir dan 1 perempuan lagi asal Palestine.

Aku tak tahu apa yang ada dipikiran mereka ketika melihatku memakai jilbab, tapi satu hal yang selalu aku sadari bahwa setiapkali bertemu denganku, mereka melihatku dengan tatapan penuh tanda tanya, dan aku hanya akan berlalu begitu saja meninggalkan mereka dengan kebingungan mereka tentang jilbabku dan kebingunganku tentang apa yg mereka pikirkan.

Menjadi minoritas di Bellingham bukanlah hal yang begitu aku khawatirkan...karena sejauh ini, mereka masih bersikap baik dan ramah ketika bertemu denganku, setidaknya masih ada yang bersedia memberikan senyum indahnya.

Pernah satu waktu...aku dan beberapa CCIP students berjalan-jalan disekitar Fairhaven beach, salah satu tempat rekreasi di Bellingham. Tiba-tiba ada seorang gadis kecil berumur sekitar 4 tahun datang menghampiriku dari belakang dan langsung memegang jilbab yang aku kenakan sambil mengatakan "It's a nice scarf". Aku tersentak, kaget, sambil menoleh kebelakang aku melihat sosok polos itu tersenyum kepadaku. Kemudian ia mengatakan "It's a nicest scarf I've ever seenI like Blue, just like the ocean". Aku benar-benar takjub saat itu, anak berumur 4 tahun mampu berbicara seperti halnya orang dewasa, dan ia tidak melihatku sebagai orang yang aneh karena memakai jilbab di kepalaku...polos dan bersahaja, itulah anak-anak. Sempat berfikir, kenapa mereka tak melihatku dengan cara yang sama seperti anak umur 4 tahun melihatku? melihatku sebagai orang biasa dan tanpa pandangan negatif.

Bukan itu saja...pengalaman bersama jilbab ini pun bertambah, dan mungkin akan terus bertambah sampai aku pulang nanti:

Aku tinggal di lingkungan apartment yang juga banyak ditinggali oleh orang-orang Amerika. Aku punya tetangga...dua mahasiswa yang juga sedang kuliah di Whatcom College, aku lupa namanya.Umurnya sekitar 18 atau 19 tahun. Walaupun kami tinggal berdekatan, tapi sangaat jarang bertemu. Tapi pernah satu sore tak sengaja kami bertemu tepat di depan apartment...mereka menyapa "Hi, How are you doing", aku hanya bisa senyum dan menjawab "I'm doing well. Kemudian salah satu dari mereka bertanya, "do you like party?" dan aku menjawab "sometimes I like party but not really". Yang membuatku kaget adalah pertanyaan mereka setelah itu "May be we can go sometime, hang-out and drink. Aku termenung...melongo...kebingungan...What? mereka gak lihat aku pake jilbab gini...kok bisa ya ngajak aku minum. Dan akhirnya aku mulai menyadari sesuatu bahwa tak semua orang memandang jilbab ini sebagai sebuah identitas bahwa aku adalah seorang muslim, yang punya batasan khusus dalam bergaul dan bertindak, aku bahkan tak yakin mereka mengerti tentang Islam.

Ada satu cerita lagi yang membuatku tak mampu menahan tawa:

Siang itu, setelah jam pelajaran kedua selesai, aku memutuskan untuk tetap tinggal di Computer Lab bersama beberapa teman, mengerjakan beberapa tugas yang belum kuselesaikan. Kemudian ada seorang teman, laki-laki berumur 34 tahun bertanya kepadaku tentang beberapa tugas yang kurang begitu ia pahami, akupun menjelaskan sedikit yang aku tahu. Dan tiba-tiba, tak ada angin tak ada hujan, ia pun bertanya "Do you have cancer?", karena listening skillku yang masih kurang, aku tak begitu jelas mendengarkan pertanyaannya. "Pardon?" aku memintanya mengulangi pertanyaannya, "Do you have cancer?" (dengan pronounciation yang lebih jelas). Aku bingung, sempat terdiam beberapa detik dan kujawab "No." (ini orang kok nanya aku punya kanker atau ngga? gimana to?). Mungkin karena rasa ingin tahunya yang besar, ia bertanya lagi "So, do you have a problem with your hair?", dan kujawab "No" (ini orang kok pertanyaannya tambah aneh ya). "So why do you wear the headcover?". Dan akhirnya aku mengerti apa yang sebenarnya menjadi pertanyaannya...yah JILBAB ini, jilbab yang aku pakai. Saat itu aku hanya bisa menahan ketawa sambil memegang kepalaku (Jadi ni orang mikir aku botak ya?). Dan akhirnya aku kembali menyadari sesuatu dan bertanya dalam hati "berapa orang dari mereka yang berpikir aku mengidap kanker? jadi tatapan penuh tanda tanya yang selalu aku dapatkan itu, apakah karena mereka pikir aku mengidap kanker?

Jilbab ini ternyata diinterpretasikan dengan cara yang berbeda oleh mereka...

No comments:

Post a Comment