Friday, October 8, 2010

My CIS Class


Pagi ini...masih dengan langkah yang sama aku berjalan menuju Baker Hall 102, ruangan yang akan menjadi kelasku selama Fall Quarter ini. Kulihat jam masih menunjukkan pukul 10.30,  sementara kelasku baru akan dimulai pukul 11.30. Aku cepat sejam rupanya. Kutatap koridor di Hall itu...hening...tak ada seorangpun yang lewat. Kutatap kelas itu dari luar. mmm...sudah 2 minggu aku belajar dikelas itu bersama beberapa orang Amerika tapi aku merasa masih kesulitan beradaptasi dengan cara belajarnya.

Aku ingat...pertamakali memasuki kelas itu, ada perasaan cemas dan canggung karena harus sekelas dengan mereka yang memang tinggal di Amerika, yang menggunakan bahasa Inggris sebagai First Language. Sementara aku...masih dengan bahasa Inggris yang belepotan dan listening skill yang pas-pasan, ditambah lagi, hanya ada 2 perempuan dikelas itu, aku dan seorang teman dari India. Saat itu aku merasa benar2 khawatir. Dalam hati, aku terus menyalahkan diri sendiri Siapa suruh ngambil IT? udah tahu susah…ngga ada dasar….tetap aja ngambil IT! Huft…Nasi sudah jadi bubur…tak ada kesempatan lagi untuk pindah jurusan.

Hari ini…tepat 2 minggu sejak hari itu, semua telah jauh berbeda. Yah…sekarang aku mulai menyukai kelas itu. Benar kata orang “tak kenal maka tak sayang”, karena sudah terbiasa dengan situasinya, akhirnya rasa nyaman itu aku dapatkan juga. Hampir setiap hari aku menjadi satu2nya siswa yang paling cepat datang, dan hampir setiap hari pula “Gary” Instructor-ku selalu tiba disana lebih awal. Tapi tak tahu mengapa hari ini…pintu kelas itu masih tertutup rapat dan lampunya belum dinyalakan.

Setelah menunggu selama 15 menit…akhirnya kulihat Gary berjalan menuju kelas dengan memegang kunci ditangannya. Kutatap laki-laki paruh baya itu…kalo diperhatikan tak ada sedikitpun tanda-tanda bahwa ia adalah seorang teacher; selalu memakai celana jeans dan baju kaos lusuh yang hampir setiap hari dipakainya, ditambah lagi dengan rambut panjangnya yang selalu diikat. Diapun tersenyum dan menyapa “Hi Thya, you come earlier than me today”, aku hanya tersenyum sambil mikir bukannya emang murid yang harus selalu datang duluan daripada gurunya?...hehehe di sini malah terbalik…gurunya yang selalu datang lebih awal. Satu hal yang membuatku selalu ingin datang lebih awal, karena aku bisa punya kesempatan untuk berdiskusi dengan Gary soal tugas2 yang tidak kumengerti, tanpa perlu merasa risih dengan siswa lainnya.

Banyak hal yang kudapatkan selama belajar di kelas itu. Pertama, teman-teman sekelasku yang berasal dari berbagai umur dan dengan gaya yang bervariasi. Dari yang berumur 18 sampai 60 tahun ada di kelas itu, dari yang paling rapi sampai yang paling jorok, dari yang paling pendek sampai yang paling tinggi (hehehe…bukan aku lho yang paling pendek...^_^ ternyata ada yang lebih pendek dari aku), dari yang botak sampai yang gondrong, dari yang hitam sampai yang putih, ada yang tatoan juga, SEMUA ada di kelas itu. And see…! semua bergaul dengan sama rata…tak ada istilah tua dan muda. Aku bahkan salut dengan laki-laki yang berumur 60 tahun itu, walaupun rambut telah memutih, ngomong sudah dak jelas, tapi semangat belajarnya betul2 tinggi, dan tak pernah sedikitpun merasa risih berada diantara anak-anak muda di kelas itu. Salute for him.

Hal lain yang aku rasakan sangat berbeda adalah cara belajarnya yang lebih menerapkan sistem belajar mandiri. Instruktur hanya akan menulis tugas-tugas yang harus dilakukan di papan tulis, mulai dari Lab Activities, Case Projects, Real Problems exercises sampai Thinking Critically exercises. Selebihnya tugas siswa mengerjakannya sampai selesai dengan bantuan buku-buku yang tebalnya bukan main. And you know what? Instruktur hanya akan duduk dan menunggu sampai ada yang bertanya. Jadi kalo gak bertanya…susah sendiri. Gak ada tuh namanya disuapin melulu, guru menjelaskan di depan kelas panjang lebar sampai berbusa, sementara muridnya sibuk sendiri di belakang gak tau ngapain (hehehe…aku banget tuh dulu ^_^). Sangat berbeda….dan aku menyukai perbedaan itu. 

Ada satu lagi hal lagi yang membuatku nyaman berada di kelas itu, yaitu suasana belajar yang santai. Tak ada peraturan yang mengikat, gak boleh ini gak boleh itu. Bisa belajar sambil dengerin musik, browsing semaunya, bahkan boleh bawa bekal dan makan siang di ruangan itu, enak banget kan? hehehe....:) Awalnya sempat merasa heran melihat seorang teman membawa sepotong besar Pizza ke dalam kelas dan kemudian memakannya. Gary yang mungkin sadar kalo aku lagi terheran-heran melihat pemandangan itu, akhirnya datang dan menjelaskan kalo kita boleh bawa bekal dan makan siang di kelas itu, asal gak mengotori kelas katanya.

mmm...beda banget yah sama di Indonesia...^_^

No comments:

Post a Comment